Tuesday, March 20, 2012

CINTA KARENA ALLAH

Cinta Karena Allah

Tidak di ragukan lagi, tidak didapatkan pada diri para nabi dan para imam --- salam atas mereka semua --- satu zarrah (secuil) pun hawa nafsu. Kalau ada, niscaya tidak ada jalan bagi mereka menuju hadhrah (haribaan) Ilahi. Oleh karena itu, barangsiapa yang ingin dekat pada haribaan tersebut, seyogyanya dia mengarahkan diri dengan sepenuh hatinya kepada Tuhan semesta alam serta menganggap diri dan segala yang dia miliki fana (lenya) di hadapan Allah SWT. Dengan ungkapan lain, menjadikan seluruh perbuatannya untuk Allah:

Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (al-An’am:162)

Sesungguhnya peringkat kedekatan (al-qurb) semua ahli iman sepadan dengan sebuah timbangan. Oleh karena itu, setiap orang yang di dalam dirinya terdapat kecintaan kepada selain Allah, maka sebenarnya dia sangat jauh dari Allah, sesuai kadarnya dalam memandang anak-anak, harta, ketenaran, dan kekuasaannya.
Sungguh, yang menjadikannya mulia adalah Allah. Karena itu, hendaknya dia ketahui bahwa tak ada jalan baginya menuju haribaan ilahi. Sebagaimana disebutkan dalam ayat al-Qur’an:

Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan –Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (at-Taubah:24)

Artinya, jika perkaranya   demikian, maka tidak saja dia terhalang dari kedekakatan (al-qurb) semata, bahkan dia akan dikeluarkan dari hadhrah tersebut. Barangsiapa yang menganggap hartanya lebih mulia baginya daripada Allah, maka nilainya adalah harta tersebut. Lantas, bagaimana mungkin dia menemukan jalan menuju Allah? Sekiranya dia memiliki seukuran cinta dunia yang menekannya saat meregang nyawanya, (maka) nilai amalannya seukuran cinta itu, dan Allah Mahatahu berapa lama dia akan tinggal di dalam barzakh atau kiamat hingga dia (kembali) suci.
Benar, selama manusia belum meretas jalan dimana dia tidak menginginkan di dalamnya kecuali Allah dan tak mencintai apapun selain-Nya selamanya, maka dia takkan beroleh kedekatan sempurna di hadirat Ilahi.
Anda tentu sudah membaca al-Qur’an. Karena itu, perhatikanlah ujian-ujian apa saja yang telah diberikan kepada Ibrahim al-Khalil, hingga beliau sampai pada maqam kedekatan (al-qurb) dan khillah (kecintaan). Sungguh Allah telah memberinya, dimasa tua dan di akhir usianya, seorang anak. Namun, ketika si anak berada di puncak kebaikan dan keindahan dari segi bentuk dan perangainya, Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anaknya demi Allah1.
Semua itu untuk mengujinya, “Apakah engkau lebih mencintai Ismail ataukah Tuhan Ismail? Apakah kecintaanmu pada Ismail dikarenakan dia adalah anakmu ataukah karena Tuhan Ismail? Apakah engkau melihat keindahan Ismail atau Keindahan Yang Mutlak, yang dari-Nya keindahan Ismail (berasal)?”
Sungguh beliau sukses dalam ujian itu2. Lantaran anda sekalian telah mendengar kisah ini, tentu kita tak perlu memerincinya lagi.
Mengapa manusia lebih mengutamakan anak laki-laki ketimbang anak perempuan? Sebab, mereka mengatakan bahwa anak laki-laki bermanfaat bagi mereka di masa tua mereka. Ini adalah dalil atas rusaknya hati dengan sedikitnya kecintaan kepada Allah. Karenanya, mereka menginginkan anak laki-laki bagi dirinya sendiri, bukan untuk Allah.


 
1Ibrahim berkata, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu....”  (al-Shaffat:102)
2Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (al-Shaffat:107)

Sumber         : Sejarah Fatimah Az-Zahra
Karya          : Prof. Dasteghib

0 on: "CINTA KARENA ALLAH"